Kisah Sultan Muhammad Al Fatih, Sang Legenda Penakluk Konstantinopel

cerita muhammad al fatih
Banner 2

Muhammad Al Fatih atau Mehmed II merupakan seorang Sultan Kekaisaran Turki Utsmani yang terkenal dengan keberhasilannya menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453. Beliau lahir pada tanggal 29 Maret 1432 di Edirne, Turki, dari pasangan Sultan Murad II dan permaisuri Aishah.

Saat kelahiran Muhammad Al Fatih, Sultan Murad II sedang menunggu kedatangan putranya dengan penuh harap. Beliau membaca Al-Qur’an untuk menenangkan diri, dan ketika sampai pada surat Al-Fath, yang berarti “kemenangan”, putranya lahir.

Pada usia yang masih sangat muda, Muhammad Al Fatih menunjukkan bakatnya sebagai pemimpin. Ia diangkat menjadi gubernur Amasya pada usia 6 tahun dan dipindah tugaskan ke Manisa ketika berusia 8 tahun.

Pangeran Muhammad tumbuh menjadi seorang pemimpin yang cakap dan berpengetahuan luas. Beliau menguasai enam bahasa, termasuk Turki, Yunani, Arab, Persia, dan Latin. Selain itu, beliau juga memiliki keahlian dalam bidang kemiliteran, sains, dan matematika.

Setelah Sultan Murad II wafat, pangeran Muhammad, naik tahta sebagai Sultan Turki Utsmani yang ketujuh pada usia 19 tahun. Muhammad Al Fatih adalah seorang pemimpin yang cerdas, ambisius, dan memiliki visi besar. Ia bertekad untuk menaklukkan Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, yang telah menjadi simbol kekuatan Kristen di Eropa selama berabad-abad

Kota Konstantinopel pernah menjadi sasaran pengepungan dari berbagai pihak selama berabad-abad. Pengepungan pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan, khalifah pertama Kekhalifahan Umayyah, pada tahun 44 H (669 M). Pengepungan ini berlangsung selama tujuh tahun, tetapi akhirnya gagal.

Baca Juga: Makoto Shinkai, Sosok Dibalik Kesuksesan Anime Kimi No Na Wa

Pengepungan berikutnya dilakukan oleh Harun Al Rasyid, khalifah ketujuh Abbasiyah, pada tahun 190 H (805 M). Namun, pengepungan tersebut juga berakhir dengan kegagalan. Penaklukan Konstantinopel bukanlah hal yang mudah. Kota tersebut dikelilingi oleh tembok yang kokoh dengan sistem pertahanan canggih. Namun, Muhammad Al Fatih memiliki strategi yang matang untuk menaklukkan kota tersebut.

Baca Juga  Xavi Menyatakan Kurangnya Motivasi Sebagai Alasan Kekalahan Barcelona Melawan Valladolid

Sebelum mengepung kota Konstantinopel, Sultan Muhammad mempersiapkan pasukannya dengan cermat. Ia membangun benteng Rumeli Hisari di seberang Selat Bosporus, menetralisir jalur bantuan, dan mengembangkan meriam super besar yang mampu menembus tembok legendaris Konstantinopel.

Pada 1453, pengepungan dimulai. Selama 53 hari, pertempuran sengit berkecamuk. Puncaknya tiba pada malam ke-52. Dengan semangat jihad yang berkobar, pasukan Utsmani berhasil menerobos tembok Theodosius. Kaisar Konstantinus XI gugur dalam pertempuran, menandai berakhirnya era Kekaisaran Bizantium. Konstantinopel, kota yang tak tertembus selama berabad-abad, akhirnya jatuh ke tangan pasukan Muslim pada 29 Mei 1453

Muhammad Al Fatih tak hanya menaklukkan kota, tapi juga membuka jalan bagi era baru. Ia membangun kembali Konstantinopel, yang kini dikenal sebagai Istanbul, menjadi pusat peradaban dan perdagangan yang gemilang. Ia mendirikan sekolah, perpustakaan, dan masjid, serta menjamin kebebasan beragama bagi penduduk non-Muslim.

Sultan Muhammad Al Fatih dihormati sebagai pemimpin yang adil, bijaksana, dan haus ilmu. Ia dikenang bukan hanya sebagai penakluk, tapi juga sebagai pembangun peradaban dan jembatan antar budaya.

Pada tanggal 3 Mei 1481, Sultan Muhammad Al Fatih meninggal dunia di usia 49 tahun. Ia meninggal dunia ketika sedang mempersiapkan serangan ke Roma, ibu kota Kekaisaran Romawi. Kematian Sultan Mehmed II merupakan kehilangan yang sangat besar bagi umat Islam.

Untuk Membaca berita seputar Jawa Timur, Anda bisa mengunjungi wartajatim.co.id

Banner Artikel - Manisnya Bisnis Kebersihan