Suasana meriah mengudara sambut Tahun Baru Imlek 2025 sangat kuat di Vihara Dharma Bakti, yang berlokasi di Jalan Panglima Polim, Peunayong.
Perayaan dimulai dengan tabuhan gong dan lonceng yang mengiringi masyarakat Tionghoa yang berkumpul, menandakan telah tiba saatnya merayakan tahun Hiu Air sesuai dengan shio kalender China.
Baca juga:
Setelah api arang tersebut, satu per satu umat Buddha mengambil dupa, baik berukuran kecil kerabat besar, yang sudah tersusun rapi di sudut kuil.
Debu asap after segera menutupi ruangan, menciptakan perasaan tidak nyaman di tengah-tengah doa dan harapan untuk bahagia di tahun yang baru.
Baca juga:
Perayaan yang berlangsung pada Rabu pagi (29/1/2025) menampakkan semangat yang begitu tinggi dari umat Buddha di Banda Aceh, meskipun di dalam larut malam.
Pendapat Saya mengenai Harusnya Umat Beragama Menjadi Lebih Toleran
Beberapa remaja perempuan muslim serta warga Aceh telah menonton perayaan dari balik pagar Vihara dari luar jalan.
Mereka tidak ragu-ragu mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen tersebut.
“Saya hanya melihat-lihat sejenak karena kebetulan melewati. Ada teman juga (warga Tionghoa) yang merayakan,” kata Rudi, salah satu warga yang berhenti untuk menonton perayaan.
Silvia, seorang nenek moyang Tionghoa, menyatakan rasa kegembrawonannya tentang suasana tahun Baru Cina kali ini.
Dia merasa khair dan tenang tinggal di Aceh dan memuji kemampuan masyarakat untuk beragama secara harmoni di daerah tersebut.
“Ia mengaku kegiatan di lingkungan sosial sangat toleran, bahkan selama perayaan hari-hari besar umat Buddha, mereka menghargai umat dari agama lain, tidak ada gangguan apa pun,” demikannya.
Pimpinan Yayasan Vihara Dharma Bakti, Yuswar, menambahkan harapan ini untuk tahun ini.
Dia berharap agar semua bisa berkelap-kelip seperti media masa depan yang aktif.
“Saya pikir semua bisnis bisa berkembang lebih baik, terutama para pengusaha yang berkaitan dengan kayu, seperti tukang kayu yang mungkin akan mendapatkan rejeki yang lebih banyak,” katanya.
Yuswar juga mengingatkan pentingnya pembangunan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, dengan harapan potensi kehidupan rakyat Indonesia meningkat dancountymenuhin kesejahteraannya.
Hubungan baik antara masyarakat dari berbagai agama sangat kuat. Misalnya saja, kami bisa menjadi contoh bahwa kita menjalankan ibadah agama kita di tengah malam tanpa gangguan. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya toleransi di Aceh, menurutnya.
Atraksi Barongsai, Simbol Perpaduan Tradisi
Masyarakat sekitar Jalan H T Daudsyah di Peunayong berdiri di sudut jam kantor Yayasan Hakka Aceh sambil menyaksikan pertunjukan barongsai yang lincah.
Penampilan tersebut selalu dinantikan setiap perayaan Imlek, menghubungkan komunitas Tionghoa dengan masyarakat Banda Aceh secara umum.
Kepala Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong, atau biasa disapa Akhi, menjelaskan bahwa pada tahun ini mereka akan membuka acara open house untuk meningkatkan kerukunan seluas-luasnya di antara para penghuni.
“Open house ini sebenarnya lebih untuk memperkuat silaturahmi warga Tionghoa. Kami mengundang untuk menikmati kue, lontong, dan berbagai macam makanan,” katanya.
Barongsai yang dihibur kali ini memiliki sedikit variasi, karena cuaca yang tidak sejahtera.
“Kita hanya akan bermain di bawah, jadi tidak terlalu ekstrem,” ungkap Akhi.
Meskipun begitu, penampilan barongsai masih menjadi daya tarik istimewa bagi masyarakat, yang selalu menantikan momen spesial ini setiap tahun.
Tahun Baru Imlek di Banda Aceh bukan hanya sekedar perayaan, tetapi juga simbol toleransi dan keharmonisan di tengah umat beragama.
Acara ini menegaskan bahwa meskipun memiliki latar belakang yang berbeda, masyarakat Aceh bisa merayakan perbedaan dengan saling menghargai satu sama lain.