Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam hingga mencapai level 6.909 pada pukul 11:00 WIB, setelah sebelumnya dibuka pada posisi 7.024. Penurunan ini setara dengan 1,63 persen atau 114,57 poin.
Sebanyak 391 saham mengalami penurunan harga, termasuk saham-saham perbankan besar seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Central Asia (BBCA). Saham BMRI tercatat turun 7,24 persen atau 400 poin ke level 5.125, dan telah mengalami penurunan sebesar 16,19 persen dalam sepekan terakhir.
Penurunan serupa juga dialami oleh saham BBCA, yang harganya merosot ke level 8.950 atau turun 1,64 persen (175 poin). Dalam sepekan, saham BBCA telah kehilangan 3,76 persen.
Menariknya, penurunan harga saham BMRI dan BBCA ini terjadi setelah kedua bank tersebut mengumumkan kinerja laba bersih yang positif sepanjang tahun 2024. BMRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp55,78 triliun, meningkat 1,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. BBCA bahkan mencetak rekor laba bersih tertinggi sebesar Rp54,8 triliun, atau naik 12,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun demikian, investor ritel terlihat mulai tertarik untuk membeli saham BMRI dan BBCA. Data dari Stockbit Sekuritas menunjukkan bahwa ada 243 ribu lot saham BBCA yang antre untuk dibeli setelah tiga jam perdagangan dibuka. Sementara itu, untuk saham BMRI, ada 419 ribu lot yang juga antre untuk dibeli, dengan harga terbanyak di level 5.100.
Selain BMRI dan BBCA, saham bank lainnya seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga mengalami penurunan sebesar 2,42 persen ke level 2.040, setelah sebelumnya sempat dibuka pada posisi 4.120. Sebanyak 251 ribu lot saham BBRI juga tercatat antre untuk dibeli.
Penurunan IHSG dan saham-saham perbankan besar seperti BMRI dan BBCA menjadi sorotan di pasar modal hari ini. Meskipun kedua bank tersebut mencatatkan kinerja laba bersih yang baik, namun sentimen pasar tampaknya masih belum positif. Investor ritel yang mulai tertarik untuk membeli saham-saham tersebut menunjukkan bahwa ada harapan pemulihan di masa depan. Namun, penting bagi investor untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham.