Budi Santoso, pria asal Surabaya, Jawa Timur, mengambil keputusan besar dalam hidupnya dengan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pegawai di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Keputusan ini didorong oleh ambisi besar yang ia miliki di usia muda serta keinginannya untuk bebas dari aturan ketat perusahaan.
Saat bekerja di BUMN, Budi merasa terkekang dengan berbagai aturan yang harus dipatuhi, seperti jam masuk yang ketat, jadwal makan siang yang terjadwal, hingga waktu libur yang sudah ditentukan. Rutinitas tersebut membuatnya merasa tidak nyaman dan akhirnya memilih untuk meninggalkan pekerjaannya setelah lulus dari Sekolah Teknik Menengah (STM) pada tahun 1993.
Budi kemudian menjalani program pelatihan perusahaan selama satu tahun. Namun, ia merasa program tersebut membosankan karena harus mengikuti berbagai pelajaran dari pagi hingga sore dengan sistem yang sangat terstruktur.
Setelah mengundurkan diri, Budi menjalani berbagai pekerjaan, termasuk menjadi penjaga mercusuar di Pulau Karangjamuang selama enam bulan dan mengikuti kapal kargo yang berlayar ke pelabuhan Timika. Namun, setelah tiga tahun, ia mulai merasa jenuh dan tidak bahagia dengan pekerjaannya. Akhirnya, pada tahun 2004, ia resmi mengundurkan diri dari perusahaan negara tersebut.
Budi kemudian beralih menjadi pekerja di pabrik pembuatan suku cadang alat industri. Selama 16 tahun, ia menjalani pekerjaan tersebut hingga pandemi Covid-19 melanda pada tahun 2020. Penurunan penjualan yang drastis menyebabkan pabrik tempatnya bekerja bangkrut, dan ia menjadi salah satu dari banyak karyawan yang terkena PHK.
Setelah menganggur selama satu tahun, Budi mendapatkan kesempatan baru saat beberapa anggota legislatif melakukan kunjungan kerja ke daerahnya untuk mendengar aspirasi masyarakat. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa dirinya masih kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah terkena PHK.
Tak lama kemudian, menjelang akhir tahun 2021, Budi menerima panggilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk bekerja sebagai penjaga kualitas udara dan penyapu jalan di Kota Surabaya. Ia pun menerima pekerjaan tersebut demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Dari perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku, Budi mengakui bahwa ada banyak kesalahan yang ia lakukan di masa lalu. Namun, ia tetap berjuang untuk keluarganya, terutama dalam menyekolahkan anaknya.
Meskipun sempat mengalami kesulitan ekonomi, ia berhasil menyekolahkan putrinya hingga menjadi perawat di sebuah rumah sakit swasta di Surabaya. Hal ini menjadi pencapaian yang membanggakan bagi Budi setelah semua tantangan yang ia hadapi.
“Iya, saat itu saya galau banget, anak harus meneruskan kuliah, tapi saya tidak punya pekerjaan,” timpal Budi, seperti dikutip Warta Jatim dari Kompas.com.
Silakan klik link berikut untuk Gabung Channel Warta Jatim:
https://whatsapp.com/channel/0029VaIAmUz6LwHp1xP2eU0S