Polisi Cepek QRIS di Bundaran Aloha Sidoarjo: Imbalan Rp50 Ribu untuk Papan QRIS

Banner 2

Video viral di media sosial memperlihatkan dua polisi cepek di daerah Bundaran Aloha, Juanda, Sidoarjo, yang menyediakan layanan QRIS (Quick Response Indonesian Standard) saat menjalankan aktivitas mereka.

Kode QRIS tersebut dihubungkan dengan dompet digital SpeedCash, produk lokal yang berbasis di Deltasari, Sidoarjo. Kode QRIS tersebut memungkinkan pengendara untuk melakukan pembayaran tanpa menggunakan uang tunai.

Baca juga : Kecelakaan Rombongan Siswa SMAN 1 Sidoarjo di Tol Ngawi, 2 Jiwa Melayang

Seorang pengguna media sosial yang merekam kejadian tersebut mengungkapkan kekagumannya.

“Suangar rek, Aloha ini. Cobaen-cobaen scan,” ucap pengendara yang merekan polisi Cepek di Aloha.

Kemudian temannya dari dalam mobil mencoba memindai kode QRIS yang terpasang di tubuh polisi cepek tersebut. Ternyata, kode tersebut dapat dipindai dengan tujuan penerima yang disebut ‘Polisi Cepek Aloha 1’.

Agus Supriyanto (40) dan Giyono (63), warga asli Sawotratap yang menjadi Polisi Cepek di Aloha tersebut, menceritakan bahwa mereka disuruh mengenakan papan QRIS oleh seseorang dengan imbalan Rp50 ribu.
Aksi keduanya terjadi sekitar lima hari yang lalu ketika seseorang memberi tawaran kepada mereka.

Baca juga : Kontroversi Biaya Pemindahan Tiang Listrik di Sidoarjo, PLN Sebut Sesuai Prosedur

“Tiba-tiba ada orang berhenti, katanya, ‘Pak, mau uang?’ Terus saya jawab mau. Terus bilang, tapi ada syaratnya pake ini (kalung papan QRIS). Sampeyan nggawe kalung, tak keki seket (Rp50 ribu). Engkok onok koncoku lewat nyuting,” ujar Agus.

Kedua polisi cepek ini mengaku tidak mengetahui maksud dari permintaan tersebut dan hanya mengira bahwa mereka diminta untuk membantu dengan imbalan uang tunai. Mereka merasa kaget dan tidak menyangka bahwa video aksinya menjadi viral di media sosial.

Baca Juga  Begini Cara Pj Bupati Jember Hadapi Potensi Megathurst

“Dibayar satus wong loro. Seketan. Kalau dibuat konten yo awak dewe gak gelem mbak. Wedi disalahgunakan, wedi salah-salah (Dibayar Rp100 ribu orang dua, Rp50 ribuan. Kalau dibuat konten kita tidak mau mbak. Takut disalahgunakan, takut salah-salah),” jelas Agus.

Baca juga : Rekomendasi Tempat Service Laptop Terdekat di Surabaya

Namun, Agus dan Giyono mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait kemungkinan salah tafsir dari masyarakat. Mereka berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi, kecuali jika mereka benar-benar memahami maksud dan tujuan yang baik agar tidak ada kekeliruan di masyarakat.

Untuk mendapatkan informasi seputar Jawa Timur, Anda dapat mengunjungi wartajatim.co.id

Banner Artikel - Manisnya Bisnis Kebersihan