Renggut Ribuan Nyawa: Tragedi Banjir Bandang di Libya Getarkan Hati

WARTAJATIM.Co.Id – Kota Derna, baru-baru ini diguncang dengan sebuah bencana alam yang mengejutkan semua orang. Banjir bandang di Libya yang disebabkan oleh badai telah mengakibatkan ribuan jenazah korban dan membuat lebih dari 10.000 orang hilang, serta lebih dari 5000 nyawa melayang.

Pemerintah dan relawan dari negara tersebut bekerja keras untuk mengatasi dampaknya, namun kita juga harus bersama-sama mendoakan agar para korban segera mendapatkan pertolongan dan tidak ada tambahan korban jiwa.

Dilansir dari BBC.com, Seorang jurnalis Libya, Johr Ali, menceritakan beberapa gambaran menyedihkan tentang situasi di negaranya setelah banjir bandang menerjang.

Dia menuturkan dalam program Today di BBC Radio 4: “Mereka semua mengatakan ini seperti hari kiamat. Jeritan anak-anak, mayat-mayat di jalanan.”

Tragedi banjir bandang di Libya merupakan peristiwa yang mengguncang hati semua orang. Ribuan nyawa telah hilang, dan lebih banyak lagi yang masih dikhawatirkan tenggelam.

Bencana ini terjadi pada Senin lalu (11/9), ketika badai melanda wilayah timur Libya. Hujan deras yang luar biasa menyertai badai ini, menciptakan terjadinya banjir bandang. 

Namun, situasi menjadi lebih parah ketika bendungan di atas Kota Derna jebol, yang menyebabkan seluruh penduduk di daerah tersebut terancam tenggelam hingga ke laut.

baca juga: Jokowi Tanggapi Kericuhan Di Rempang Dan Segera Ambil Tindakan

Sejumlah video yang beredar di media sosial memperlihatkan arus deras yang mengalir di pusat kota Derna. Hampir seluruh bangunan yang dilanda oleh arus banjir hancur, meninggalkan kehancuran di kedua sisi jalan.

Stasiun televisi Almostkbal di Libya Timur bahkan menyiarkan cuplikan yang menunjukkan orang-orang terlantar di atap kendaraan dan bangunan mereka, berteriak meminta pertolongan. Sebagian mobil juga ikut hanyut terbawa arus banjir, menggambarkan ketakutan dan keputusasaan warga setempat.

Bencana ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik yang besar, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Empat pelabuhan minyak utama di Libya, yakni Ras Lanuf, Zueitina, Brega, dan Es Sidra, ditutup selama tiga hari akibat banjir bandang ini. Ini berarti penurunan produksi minyak dan potensi kerugian ekonomi yang mencapai miliaran dolar.

Pemerintah Libya tidak tinggal diam menghadapi tragedi ini. Perdana Menteri interim Libya, Osama Hamad, segera mengumumkan hari berkabung selama tiga hari dan memerintahkan agar bendera dikibarkan setengah tiang. Selain itu, institusi pendidikan seperti sekolah negeri dan swasta, serta toko-toko ditutup.

Upaya penyelamatan dalam skala besar sedang berlangsung. Tim penyelamat dan relawan bekerja keras untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang masih tertimbun dalam reruntuhan. Organisasi-organisasi kemanusiaan dan Palang Merah Libya turut aktif dalam memberikan bantuan medis dan logistik kepada para korban.

Exit mobile version