Resesi Melanda Eropa: Jakarta, Jerman, Irlandia, Belanda, dan Yunani Mengalami Penurunan Ekonomi pada Kuartal Pertama 2023

Resesi Eropa

WartaJatim.co.id, 10 Juni 2023 – Pada kuartal pertama tahun ini, Jakarta yang merupakan Zona Euro atau kawasan negara-negara Uni Eropa telah resmi mengalami resesi.

Berdasarkan laporan CNBC International pada hari Jumat (9/6/2023), ekonomi Uni Eropa yang terdiri dari 20 negara dilaporkan mengalami penurunan sebesar 0,1 persen pada kuartal pertama tahun 2023. Angka ini merupakan revisi perkiraan yang dikeluarkan oleh Eurostat, lembaga statistik kawasan tersebut.

Selain itu, terjadi penurunan konsumsi rumah tangga sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama di kawasan tersebut. Hal ini menunjukkan adanya tekanan yang dialami oleh konsumen di tengah kenaikan biaya yang lebih tinggi.

Berikut adalah beberapa negara di Eropa yang mengalami kontraksi pada kuartal pertama 2023, yang menyebabkan terjadinya resesi di kawasan tersebut:

Jerman

Jerman, yang dikenal sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Kontraksi ini telah menyebabkan negara tersebut masuk ke dalam resesi.

Data yang dirilis oleh Kantor Statistik Federal, Destatis, menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman mengalami penurunan sebesar 0,3 persen pada kuartal pertama 2023. Pada kuartal sebelumnya, negara ini juga mencatat kontraksi sebesar 0,5 persen.

Presiden Destatis, Ruth Brand, seperti yang dilaporkan oleh Deutsche Welle, menyatakan, “Setelah pertumbuhan PDB memasuki zona negatif pada akhir tahun 2022, ekonomi Jerman sekarang mengalami dua kuartal negatif berturut-turut (resesi).”

Irlandia

Selain Jerman, Irlandia juga mengalami kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Menurut laporan dari Irish Times, perekonomian Irlandia, yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB), mengalami penyusutan sebesar 4,6 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Baca Juga  Investasi Resort di Kota Malang, Peluang Menjanjikan Para Investor!

Penurunan tersebut dipicu oleh kontraksi yang signifikan di sektor industri yang didominasi oleh perusahaan multinasional.

Kantor Pusat Statistik Irlandia (CSO) juga mencatat penurunan PDB negara tersebut pada kuartal terakhir tahun lalu menjadi -0,1 persen, yang turun dari perkiraan awal sebesar 0,3 persen.

Revisi ini berarti bahwa ekonomi Irlandia, yang diukur dengan PDB, sekarang telah mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut, memenuhi definisi resesi teknis.

Namun, CSO juga mengingatkan bahwa penurunan PDB Irlandia pada akhir tahun lalu bersifat marginal dan masih mungkin mengalami revisi naik.

Belanda

Berdasarkan laporan dari Dutch News, ekonomi Belanda juga mengalami kontraksi sebesar 0,7 persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan tiga bulan terakhir tahun 2022, seperti yang disampaikan oleh badan statistik nasional CBS.

Pada kuartal terakhir tahun 2022, ekonomi Belanda sempat tumbuh sebesar 0,4 persen.

Menurut Financieele Dagblad, para analis memperkirakan pertumbuhan yang moderat.

Angka-angka ini, yang merupakan perkiraan awal, menunjukkan penurunan secara perbandingan antar kuartal yang disebabkan oleh penurunan neraca perdagangan akibat penurunan ekspor, serta pengurangan cadangan gas.

Yunani

Perekonomian Yunani juga mengalami sedikit penyusutan pada kuartal pertama tahun 2023 dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, seperti yang dilaporkan oleh layanan statistik negara tersebut, ELSTAT.

Dalam laporan dari laman Nasdaq, data yang telah disesuaikan secara musiman menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Yunani mengalami penurunan sebesar 0,1 persen pada kuartal pertama 2023, setelah mengalami revisi penurunan dari pertumbuhan 1,1 persen pada kuartal keempat tahun 2022.

Pengeluaran rumah tangga di Yunani hanya naik sebesar 1,4 persen pada kuartal pertama dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, sementara investasi mengalami penurunan sebesar 1,0 persen.