Pada Kamis, 16 Januari 2025, sebuah insiden keracunan makanan mengejutkan komunitas di SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah. Sebanyak 40 siswa mengalami gejala mual, pusing, dan ketidaknyamanan setelah mengonsumsi makanan yang disajikan pada waktu makan siang. Peristiwa ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk Heru, Kepala MBG, yang memberikan tanggapan mengenai pentingnya prosedur pencegahan dalam distribusi makanan di sekolah-sekolah. Heru mengingatkan bahwa potensi kerugian akibat insiden semacam ini bisa terjadi dalam tiga bentuk, yang harus diwaspadai oleh semua pihak yang terlibat dalam penyediaan makanan untuk siswa.
Pertama, kegagalan memenuhi indikator gizi yang menjadi harapan bagi para siswa. Kedua, distribusi makanan yang tidak sesuai dengan ketetapan waktu yang telah disepakati, yang bisa mengganggu jadwal pembelajaran dan menciptakan kekacauan. Ketiga, penyajian makanan yang tidak layak konsumsi, seperti yang terjadi pada kasus di SDN Dukuh 03, di mana makanan yang pada awalnya tampak baik, namun saat diolah tidak terkontrol dengan baik sehingga menimbulkan keracunan.
Heru juga memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa berkat ketangkasan dan tindakan cepat dari pihak sekolah dan tenaga medis, para siswa berhasil terlindungi dari potensi ancaman kesehatan yang lebih serius. “Tindakan cepat dan sigap di lapangan sangat penting untuk mencegah kerugian lebih lanjut,” ujarnya.
Kepala SDN Dukuh 03, Lilik Kurniasih, menjelaskan kronologi kejadian. Sekitar pukul 09.00 WIB, makanan yang telah disiapkan oleh penyedia makanan tiba di sekolah. Namun, sekitar setengah jam setelahnya, beberapa siswa mulai merasakan gejala mual dan pusing setelah menyantap makanan tersebut. Dari 200 siswa yang terdaftar di sekolah tersebut, sekitar sepuluh siswa mengalami gejala tersebut. Para siswa yang terkena dampak keracunan ini berasal dari berbagai kelas, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6.
Selain gejala mual dan pusing, beberapa siswa juga melaporkan mencium bau basi dari ayam tepung yang disajikan sebagai lauk utama. Menu makan siang hari itu terdiri dari ayam tepung, nasi putih, sayur wortel tahu, buah naga, dan susu. Setelah kejadian tersebut, pihak sekolah segera menarik makanan yang tersisa dan mengambil langkah-langkah untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Lilik Kurniasih juga menyampaikan terima kasih kepada para guru dan staf yang dengan cepat menangani situasi tersebut, menghubungi pihak medis, dan memastikan siswa yang mengalami gejala segera mendapatkan perawatan yang diperlukan. Beruntung, tidak ada siswa yang mengalami keracunan dalam tingkat yang lebih parah, namun peristiwa ini tetap menjadi pengingat pentingnya kontrol kualitas makanan yang disajikan di sekolah-sekolah.
Insiden ini menjadi pelajaran bagi pihak terkait, terutama dalam hal pengawasan ketat terhadap kualitas bahan makanan dan proses pengolahannya. Heru menekankan bahwa pihak penyedia makanan harus lebih memperhatikan setiap tahapan dalam proses penyajian makanan, mulai dari pemilihan bahan baku yang berkualitas hingga pengolahan yang benar dan aman. Selain itu, penting juga untuk memastikan bahwa distribusi makanan dilakukan tepat waktu dan sesuai prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari risiko keracunan makanan yang dapat membahayakan kesehatan para siswa.