Oleh: Annisa Rasyidiyah Musfiroh
Berziarah ke Makam Mbah Batu menjadi pengalaman spiritual dan historis yang unik. Terletak di Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, makam ini menyimpan cerita panjang tentang perjalanan hidup seorang tokoh penting, Mbah Wastu, yang menjadi cikal bakal nama Kota Batu.
Memasuki kompleks makam seluas 500 m² ini, pengunjung disambut oleh suasana asri khas lereng Gunung Arjuno dan Panderman. Udara sejuk langsung menyapa, membawa ketenangan yang menyelimuti hati. Pohon-pohon rindang menaungi area sekitar, membuat suasana terasa teduh meskipun di siang hari.
Siapa Mbah Batu?
Mbah Batu, atau yang dikenal juga sebagai Mbah Wastu, adalah sosok yang dihormati karena perannya sebagai tokoh babat alas (pendiri wilayah). Nama asli beliau adalah Dewi Condro Asmoro, tetapi seiring waktu, nama ini disingkat menjadi “Mbah Tu,” yang kemudian menjadi asal nama Kota Batu.
Sebagai murid Pangeran Rojoyo—anak Sunan Kadilangu sekaligus cicit dari Sunan Kalijogo—Mbah Wastu memiliki latar belakang spiritual yang kuat. Beliau melarikan diri dari kejaran tentara Belanda dan akhirnya mendirikan padepokan di kaki Gunung Panderman. Dari sana, beliau mengajarkan ilmu agama Islam kepada masyarakat sekitar hingga wafat pada tahun 1847.
Di kompleks makam ini, selain Mbah Wastu, juga dimakamkan tiga tokoh lainnya:
- Pangeran Rojoyo, gurunya yang turut menyebarkan Islam di wilayah ini.
- Dewi Mutmainah, tokoh wanita yang juga dikenal dalam sejarah lokal.
- Kyai Naim, sosok penting dalam dakwah Islam di Batu.
Pengalaman Ziarah
Para peziarah yang datang ke makam ini tidak hanya berasal dari masyarakat setempat, tetapi juga dari berbagai penjuru Nusantara. Banyak yang datang untuk berdoa, mencari berkah, atau sekadar mengenang sejarah.
Lingkungan makam yang asri dan sejuk menambah kenyamanan selama ziarah. Di bagian belakang makam terdapat penginapan sederhana yang diperuntukkan bagi pengunjung laki-laki yang perlu bermalam. Penginapan ini sering digunakan oleh mereka yang datang dari jauh dan ingin meluangkan lebih banyak waktu untuk berdoa.
Teras makam yang luas memungkinkan banyak pengunjung untuk berkumpul tanpa merasa berdesakan. Selain itu, suasana hening di kompleks ini memberikan ruang untuk merenung dan mendalami makna spiritualitas.
Pesan Sejarah dan Budaya
Keberadaan Makam Mbah Batu bukan hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga simbol sejarah dan identitas Kota Batu. Sebagai sosok yang memulai pembukaan wilayah ini, Mbah Wastu meninggalkan jejak yang sangat berarti bagi masyarakat.
Cerita tentang bagaimana beliau melarikan diri dari Belanda, mendirikan padepokan, hingga menyebarkan syiar Islam menunjukkan keteguhan seorang pemimpin yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga masa depan umat.
Tips Berkunjung
Waktu Terbaik: Kunjungi pada pagi atau sore hari untuk menikmati udara yang lebih segar dan suasana yang lebih tenang.
Etika Ziarah: Kenakan pakaian sopan dan ikuti aturan yang berlaku di area makam.
Bawa Perlengkapan: Jika Anda berencana bermalam, bawalah perlengkapan pribadi karena fasilitas di penginapan sangat sederhana.
Pemandu Lokal: Gunakan jasa pemandu lokal untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah makam dan sosok Mbah Batu.
Penekanan pada Keunikan Makam Mbah Batu
Makam Mbah Batu adalah tempat di mana sejarah, spiritualitas, dan keindahan alam berpadu. Lokasinya yang sejuk dan asri memberikan pengalaman ziarah yang menenangkan sekaligus memperkaya pengetahuan.
Dengan cerita yang kuat dan lingkungan yang memikat, Makam Mbah Batu bukan hanya menjadi tujuan ziarah, tetapi juga menjadi tempat refleksi bagi siapa saja yang ingin mendekatkan diri kepada sejarah dan pencipta.
Jadi, kapan Anda merencanakan kunjungan ke Makam Mbah Batu? Semoga perjalanan Anda menjadi momen yang penuh makna!