banner 970x250

Pemkot Surabaya Antisipasi Penyebaran Chikungunya dan DBD dengan Kolaborasi Multisektor

Pencegahan Chikungunya
banner 120x600
Banner 1

SURABAYA – Menghadapi musim penghujan yang rawan penyakit, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggandeng berbagai pihak untuk mencegah penyebaran penyakit Chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Langkah ini diambil sebagai antisipasi merebaknya kedua penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, mengingat peningkatan kasus serupa di beberapa wilayah Jawa Timur.

“Kami terus melakukan pencegahan dan pengendalian secara berkesinambungan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina, Kamis (9/1/2025). Berbagai upaya, seperti promosi kesehatan dan sosialisasi di Puskesmas, dilakukan agar masyarakat semakin sadar pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Perkuat Pencegahan dengan Kerjasama Multisektor

Dalam rangka memperkuat langkah pencegahan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menjalin kerjasama dengan Institut Tropis dan Penyakit (ITD) Universitas Airlangga (Unair) dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP). Bersama ITD Unair, Dinkes melakukan survei nyamuk serta penelitian pola penyebaran virus Den-V. Selain itu, kader kesehatan masyarakat dilatih untuk mengidentifikasi jentik nyamuk.

Baca juga: Statistik Potensi Desa Jatim 2024: Gambaran Lengkap Potensi dan Tantangan Desa di Jawa Timur

BBTKLPP juga dilibatkan untuk melakukan survei perilaku nyamuk guna mengidentifikasi potensi pergeseran perilaku nyamuk Aedes aegypti. “Kami juga berkonsultasi dengan pakar penyakit tropik dari RSUD Dr. Soetomo terkait update tatalaksana kasus Chikungunya dan DBD,” jelas Nanik.

Pemkot mengimbau masyarakat untuk konsisten melakukan PSN dengan metode 3M Plus, yakni menguras, menutup, mendaur ulang, dan langkah tambahan lainnya, seperti menggunakan kelambu atau lotion anti nyamuk. “Gerakan ini penting untuk mengurangi populasi nyamuk saat musim hujan,” tambah Nanik.

Hingga saat ini, tidak ada laporan kasus Chikungunya di Surabaya, sedangkan kasus DBD awal 2025 masih stabil dan terkendali. “Namun, kami tetap memantau dan mengevaluasi secara mingguan untuk mencegah peningkatan kasus,” ungkap Nanik.

Baca Juga  Dorong Generasi Melek Finansial, DPRD Jatim Gandeng Pelajar SMA/SMK Menabung di Bank Daerah

Nanik menjelaskan, gejala Chikungunya dan DBD memiliki kemiripan, seperti demam, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, serta mual dan muntah. Pada kasus Chikungunya, nyeri sendi dapat bertahan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. “Jika ada gejala, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat,” pesannya.

Langkah proaktif ini menjadi komitmen Pemkot Surabaya dalam melindungi masyarakat dari penyakit menular yang berpotensi menjadi wabah.

Baca juga: DPRD Jatim Sambut Penurunan Biaya Haji 2025, Tekankan Peningkatan Pelayanan

Open chat
Halo, ada yang bisa dibantu?