Kisah Haqiqi, Dulu Mahasiswa Kurang Mampu di ITB Kini Punya Puluhan Usaha Pertambangan

Maulana Haqiqi, seorang pengusaha tambang berusia 29 tahun, berhasil memutus rantai kemiskinan setelah menerima beasiswa Bidikmisi. Kini, ia memiliki puluhan tambang galian pasir besi di Jawa Timur. Simak kisah inspiratifnya!

Maulana Haqiqi, pengusaha tambang sukses berusia 29 tahun, yang memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan dan usaha.
Maulana Haqiqi, pengusaha tambang sukses berusia 29 tahun, yang memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan dan usaha.

Belum berusia 30 tahun tetapi berhasil memutus rantai kemiskinan. Kisah inspiratif datang dari Maulana Haqiqi, seorang pengusaha muda yang memiliki puluhan tambang galian pasir besi. Dulunya, ia adalah penerima beasiswa Bidikmisi, yang kini dikenal sebagai KIP Kuliah Merdeka (Kartu Indonesia Pintar).

Lelaki asli Lumajang, Jawa Timur, ini memperoleh Bidikmisi pada tahun 2013 untuk berkuliah di Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulus sebagai sarjana pada tahun 2017. Kini, di usia 29 tahun, Haqiqi sukses menjalankan usaha tambang galian C.

Area tambangnya tersebar di Lumajang, yang merupakan daerah penghasil pasir terbesar di Provinsi Jawa Timur, serta di Ponorogo, Trenggalek, Pasuruan, dan Probolinggo. Usaha tambangnya bernaung di bawah enam badan usaha, dan ia juga sedang mengurus proses perizinan untuk 16 area tambang lainnya.

Baca Juga  Rekomendasi PC Desktop Terbaik untuk Arsitek

Haqiqi lahir dari keluarga sederhana; ayahnya seorang guru ngaji dengan penghasilan hanya Rp 500.000 per bulan, sementara ibunya menggarap lahan kecil. Meskipun demikian, Haqiqi selalu berprestasi di sekolah dan meraih posisi ranking 1. Berkat prestasinya, biaya pendidikan Haqiqi digratiskan oleh sekolah dan ia juga mendapatkan biaya kursus dari salah satu gurunya.

Menjelang lulus dari SMAN 2 Lumajang pada tahun 2013, sekolahnya melakukan pemetaan profil siswa untuk mencari siswa yang layak memperoleh Bidikmisi. “Dicari yang benar-benar dari keluarga sederhana, tapi kemampuannya ada untuk dapat Bidikmisi,” ujar Haqiqi.

Baca Juga  Squid Game 2 Resmi Tayang, Raih Popularitas Tertinggi di Netflix

Haqiqi memilih prodi pertambangan karena pengetahuannya tentang potensi tambang pasir di Lumajang dan keinginannya untuk hidup lebih baik. Ia menghemat pengeluaran selama kuliah dengan membawa bekal ikan asin buatan ibunya dari kampung halaman. Selain itu, ia tinggal di asrama Sangkuriang milik ITB tanpa biaya dan bahkan mendapatkan honor sebagai kepala asrama.

Setelah lulus pada tahun 2017, Haqiqi diarahkan oleh seniornya di ITB untuk membantu pengusaha tambang di Lumajang dalam pengurusan perizinan dan pembebasan lahan. Dari situ, ia memperoleh ilmu dan koneksi dalam bidang pertambangan, yang membawanya untuk terjun langsung ke usaha tambang pasir besi.

Baca Juga  Kelebihan dan Kekurangan Artificial Intelligence yang Perlu Diketahui

Haqiqi menamakan perusahaan-perusahaan tambangnya sesuai nama anak semata wayangnya, Damir. Ia juga memiliki istri berkebangsaan Rusia, Ulianaci, yang merupakan mahasiswa ITB dan kini menjadi selebgram dengan konten-konten yang lucu.

Kisah Maulana Haqiqi adalah contoh nyata bagaimana pendidikan dan ketekunan dapat mengubah nasib seseorang, memutus rantai kemiskinan, dan mencapai kesuksesan di usia muda.

Open chat
Halo, ada yang bisa dibantu?