SURABAYA – Nilai Tukar Petani (NTP) di Jawa Timur mencatatkan kenaikan signifikan pada Desember 2024, yakni sebesar 1,60%, menjadi 111,96. Angka ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan kenaikan NTP tertinggi di Pulau Jawa, menurut data yang dirilis Badan Pusat Statistik Jawa Timur (BPS Jatim).
“Dari lima provinsi di Pulau Jawa, seluruhnya mengalami kenaikan Nilai Tukar Petani pada Desember 2024. Jawa Timur memimpin dengan kenaikan 1,60%, diikuti oleh Daerah Istimewa Yogyakarta (0,89%), Jawa Tengah (0,73%), Banten (0,54%), dan Jawa Barat (0,42%),” ungkap Kepala BPS Jatim, Zulkipli, Selasa (14/1/2025).
Kenaikan NTP Disebabkan Peningkatan Indeks Harga
Zulkipli menjelaskan bahwa kenaikan NTP di Jawa Timur disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,31%, lebih tinggi dibandingkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang hanya naik 0,70%. Secara rinci, It meningkat dari 135,07 menjadi 138,19, sedangkan Ib naik dari 122,56 menjadi 123,42.
Di antara subsektor pertanian, subsektor Hortikultura mencatatkan kenaikan tertinggi, dengan NTP naik 8,71% dari 125,13 menjadi 136,04. “Hortikultura menjadi subsektor yang paling dominan, diikuti oleh subsektor Perikanan (1,64%), Tanaman Pangan (0,65%), dan Peternakan (0,63%),” papar Zulkipli. Sementara itu, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat relatif stabil di angka 114,09.
Beberapa komoditas utama yang berkontribusi besar terhadap kenaikan harga yang diterima petani di antaranya gabah, cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah, jagung, cabai merah, tomat, wortel, kopi, dan sawi hijau. Sebaliknya, komoditas seperti sapi potong, ketela rambat, ayam ras pedaging, nilam, dan salak tercatat mengalami penurunan harga.
Kenaikan Ib sebesar 0,70% dipengaruhi oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,95% dan Indeks Biaya Produksi serta Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,25%. Komoditas seperti bawang merah, cabai merah, tomat, dan jeruk menjadi penyebab utama peningkatan Ib.