Bagi yang memahami ekonomi, mencetak uang berlebihan sering dikaitkan dengan inflasi tinggi. Namun, uniknya, Amerika Serikat mampu mencetak triliunan dolar tanpa menyebabkan kekacauan ekonomi seperti yang dialami negara lain. Apa rahasianya?
Inflasi biasanya terjadi ketika terlalu banyak uang beredar dibandingkan dengan jumlah barang atau jasa yang tersedia. Sebagai contoh, jika semua orang tiba-tiba memiliki uang dua kali lipat, permintaan akan melonjak, sementara pasokan barang tetap, sehingga harga naik.
Contoh negara yang gagal mengelola kebijakan cetak uang adalah Zimbabwe, Venezuela, dan Jerman pasca-Perang Dunia I. Negara-negara ini mengalami hiperinflasi akibat pencetakan uang yang tidak terkontrol, membuat nilai mata uang mereka hancur.
Baca Juga Jelang Akhir Tahun 2024, Inflasi Kota Kediri Catatkan Angka Terendah Kedua Se-Jatim
Beberapa faktor kunci membuat Amerika berbeda:
- Dolar sebagai Mata Uang Dunia
Dolar AS digunakan sebagai mata uang cadangan global, sehingga permintaan tinggi di pasar internasional. Banyak negara menggunakan dolar untuk transaksi, seperti perdagangan minyak, sehingga uang yang dicetak AS lebih banyak beredar di luar negeri.
- Ekonomi Besar dan Stabil
Dengan PDB sekitar $26 triliun (2023), ekonomi Amerika cukup besar untuk menyerap uang yang dicetak tanpa memicu inflasi besar.
- Kepercayaan terhadap Federal Reserve
Bank sentral AS, The Fed, memiliki reputasi sebagai institusi yang kompeten dalam mengelola ekonomi, menjaga inflasi tetap terkendali.
- Obligasi Negara yang Kuat
Amerika menjual obligasi negara yang diminati oleh negara lain, sehingga sebagian uang yang dicetak tidak langsung beredar di pasar domestik.
Baca Juga Bupati Malang Pimpin High Level Meeting Pengendalian Inflasi Jelang Natal dan Tahun Baru
- Strategi Pencetakan Uang
Amerika mencetak uang dengan rencana terukur, seperti saat pandemi COVID-19 untuk mendukung stimulus ekonomi tanpa memicu kekacauan besar.
- Ekspor Dolar ke Seluruh Dunia
Sebagian besar dolar yang dicetak digunakan di luar negeri sebagai cadangan devisa atau alat transaksi internasional, sehingga dampak inflasi dalam negeri lebih kecil.
Meski memiliki keunggulan, Amerika tetap berpotensi menghadapi risiko inflasi. Contohnya, inflasi tinggi pasca-pandemi (2021-2022) akibat stimulus besar-besaran. Selain itu, jika dunia kehilangan kepercayaan pada dolar, dampaknya bisa fatal bagi ekonomi Amerika.
Rahasia Amerika terletak pada status dolar sebagai mata uang dunia, ekonomi besar, dan kebijakan moneter yang terukur. Namun, keberhasilan ini bergantung pada kepercayaan global. Dengan dunia yang terus berubah, Amerika pun harus waspada terhadap potensi perubahan besar di masa depan.