Pulau Bawean, Jawa Timur – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur terus mengintensifkan upaya pelestarian Rusa Bawean (Axis kuhlii), spesies endemik langka yang hanya ditemukan di Pulau Bawean. Program ini mencakup berbagai langkah strategis, termasuk identifikasi jenis pakan alami. Dan juga pemantauan habitat menggunakan teknologi kamera trap, serta rehabilitasi ekosistem laut di kawasan penyangga. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen besar BKSDA Jatim untuk melestarikan kekayaan alam provinsi.
Pada Rabu (8/1/2025), hasil program konservasi ini dipresentasikan di Balai Besar KSDA Jawa Timur. Pengendali Ekosistem Hutan Seksi KSDA Wilayah III Surabaya, Fajar Dwi Nur Aji, menyatakan bahwa tahun 2024 menjadi tahun penting dalam upaya pelestarian Rusa Bawean. “Kami berhasil mengidentifikasi 21 jenis tumbuhan pakan alami yang menjadi favorit rusa, seperti tunas muda ilalang dan rumput lokal. Data ini menjadi pijakan penting untuk strategi pelestarian selanjutnya,” ujar Fajar.
Habitat Rusa Bawean di Blok Lang Pellem terus dikelola dan dipantau untuk memastikan ketersediaan pakan serta kondisi lingkungan yang optimal. Selain itu, tim konservasi melakukan survei intensif untuk mendeteksi potensi ancaman, seperti perubahan ekosistem akibat aktivitas manusia.
Baca juga: Khofifah Apresiasi Panen Padi Organik di Pasuruan, Tren Pangan Sehat Masa Depan
Rusa Bawean Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Sebagai spesies endemik yang dilindungi, keberadaan Rusa Bawean memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Pulau Bawean. Keberhasilan konservasi tidak hanya melindungi satwa ini dari ancaman kepunahan, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan.
Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk tim BKSDA Jatim, ahli konservasi, dan masyarakat lokal. Pendekatan kolaboratif ini dirancang untuk memastikan keberhasilan jangka panjang.
Upaya konservasi difokuskan di Pulau Bawean, dengan aktivitas pemantauan dan pengelolaan habitat yang telah dimulai sejak awal tahun 2024 dan terus berlanjut hingga sekarang.
Pemantauan menggunakan kamera trap menjadi salah satu metode andalan untuk mendapatkan data populasi dan perilaku Rusa Bawean. Selain itu, rehabilitasi ekosistem laut dilakukan di kawasan penyangga seperti Cagar Alam Pulau Noko dan Cagar Alam Pulau Nusa untuk mendukung keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Langkah-langkah ini mencerminkan dedikasi dan komitmen besar berbagai pihak dalam menjaga kelestarian alam Jawa Timur, sekaligus memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang.
Baca juga: Wajib Tahu! 7 Hewan Langka di Indonesia yang Terancam Punah