Catatan 3: Selling

• Jangkauan lebih luas: Namun, bukan berarti tanpa batas.
• Waktu proses lebih cepat: Tetapi bukan instan, tidak bisa langsung jadi dalam sekejap.
• Biaya lebih hemat: Namun, bukan berarti tanpa biaya sama sekali.

Kesalahan yang sering terjadi pada merek yang baru mulai menjajaki dan memulai transformasi digital marketing adalah kurangnya pemahaman yang utuh. Tanpa pemahaman yang menyeluruh, digital marketing bisa dianggap sebagai ilmu sulapan, mengabaikan proses yang tetap ada dan perlu dilalui.

Catatan 1: Branding

Akibatnya, banyak yang merasa terburu-buru dan kurang sabar, bertanya-tanya mengapa omzet tidak segera meningkat, penjualan tidak segera beranjak, dan transaksi tidak melonjak drastis. Mereka merasa sudah mengeluarkan uang untuk gaji tim, membeli alat dan perangkat, serta membayar jasa konsultan digital marketing, dan akhirnya merasa frustrasi.

Ibaratnya, jika kita memiliki toko madu, kita harus memposisikan tim digital marketing sebagai toko baru. Dalam konteks offline, sebelum membuka toko, kita harus menyewa ruko, melakukan renovasi, mempercantik interior dan eksterior, serta menyiapkan etalase dan perlengkapan lainnya.

Dari situ, kita sudah mengeluarkan biaya untuk sewa ruko, renovasi, dan etalase. Pertanyaannya, apakah kita bisa langsung menanyakan berapa omzet toko tersebut? Tentu saja belum, karena toko masih dalam tahap renovasi.

Catatan 2: Marketing

Hal yang sama berlaku untuk tim digital marketing. Pada bulan pertama hingga beberapa bulan pertama, prosesnya mirip. Ini adalah tahap pengkondisian, renovasi, dan pembangunan. Meskipun digital marketing menawarkan jangkauan luas, waktu cepat, dan biaya hemat, itu bukan tanpa batas, bukan instan, dan tidak tanpa biaya.

Mari kita lihat garis waktu selama tiga bulan:

• Bulan Pertama: Menjalani proses BRANDING, dari tidak tahu menjadi tahu. Belum ada omzet, hanya pengenalan merek.
• Bulan Kedua: Menempuh proses MARKETING, dari tidak minat menjadi minat. Belum ada omzet, tetapi sudah ada leads atau prospek calon pembeli.
• Bulan Ketiga: Memulai proses SELLING, dari tidak beli menjadi beli. Sudah mulai ada omzet, dengan konsumen yang melakukan pembelian.

Saat ada konsumen, penting untuk mendata siapa mereka dan nomor WhatsApp mereka. Jalin komunikasi dengan mereka, bukan hanya meminta testimoni, tetapi buka percakapan dengan pertanyaan: “Apa kekurangan yang Anda temui dari pengalaman berbelanja produk kami?

Jika tidak ada kekurangan, kita bisa percaya diri untuk melakukan follow-up agar konsumen membeli lagi. Jika ada kekurangan, kita memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan, sehingga kita bisa kembali menawarkan produk dengan percaya diri, mengubah status konsumen dari pembeli sekali menjadi pelanggan setia yang mau berbelanja lagi dan lagi.