Gaya Hidup Minimalis di Kalangan Mahasiswa Gen Z : Sebenarnya Hanya Menjadi Tren atau Memang Realitas Kehidupan?

Gaya hidup minimalis semakin populer di kalangan mahasiswa Generasi Z. Artikel ini membahas bagaimana mereka mengadopsi tren ini, baik sebagai pilihan sadar maupun karena pengaruh media sosial.

Mahasiswa KKN Tim II Undip Laksanakan Optimalisasi Remaja dalam Rangka Pencegahan Stunting di Desa Sidorejo (doc.istimewa)
Mahasiswa KKN Tim II Undip Laksanakan Optimalisasi Remaja dalam Rangka Pencegahan Stunting di Desa Sidorejo (doc.istimewa)
Banner 2

Gaya hidup minimalis sering kali diidentikkan dengan mengurangi barang-barang yang tidak perlu dan fokus pada esensi kehidupan. Di kalangan mahasiswa Generasi Z, gaya hidup ini semakin populer, terutama dengan pengaruh besar media sosial. Platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi sarana utama untuk memperkenalkan dan mempopulerkan konsep ini. Dengan video pendek yang menampilkan ruang kos yang rapi, lemari pakaian yang sederhana, dan gaya hidup hemat, banyak mahasiswa merasa terinspirasi untuk mengikuti tren minimalis.

Namun, meskipun gaya hidup minimalis semakin banyak diikuti, ada pertanyaan penting yang perlu diajukan: Apakah mahasiswa benar-benar menjalankan gaya hidup minimalis atau hanya mengikuti tren yang sedang populer? Banyak mahasiswa yang merasa tertekan oleh tuntutan sosial dan akademik, sehingga mereka cenderung mengikuti apa yang sedang viral di media sosial tanpa mempertimbangkan maknanya secara mendalam.

Beberapa mahasiswa memilih gaya hidup minimalis karena pengaruh media sosial yang mempromosikan barang-barang hemat dan ramah lingkungan, seperti tas belanja yang dapat digunakan berulang kali atau koleksi pakaian yang lebih sederhana dan tahan lama. Ini bisa menjadi solusi bagi mahasiswa yang merasa terbebani dengan pengeluaran yang tinggi, seperti biaya kuliah, sewa kos, dan kebutuhan sehari-hari. Bagi mereka, gaya hidup minimalis menjadi cara untuk mengelola keuangan dengan lebih baik.

Namun, ada juga yang mengikuti gaya hidup minimalis hanya untuk tampil mengikuti tren, meskipun kenyataannya mereka membeli barang-barang yang tidak benar-benar dibutuhkan. Misalnya, membeli perabotan dengan desain estetis atau gadget canggih hanya untuk tampil fashionable di media sosial, bukan karena kebutuhan fungsional. Ini tentu bertentangan dengan prinsip gaya hidup minimalis yang sebenarnya mengutamakan kesederhanaan dan fungsionalitas.

Baca Juga  Crusita Perluas Jangkauan dengan Pembukaan Offline Store di Bali

Di sisi lain, ada mahasiswa yang memilih gaya hidup minimalis dengan kesadaran penuh, memahami bahwa memiliki sedikit barang justru membantu mereka fokus pada hal-hal yang lebih bermakna, seperti pengalaman hidup, pengembangan diri, dan pendidikan. Gaya hidup ini bukan hanya soal mengurangi barang, tetapi juga tentang menjalani hidup yang lebih sederhana dan lebih bijaksana.

Untuk memastikan bahwa gaya hidup minimalis tidak hanya menjadi tren sesaat, penting bagi mahasiswa untuk benar-benar memahami maknanya. Gaya hidup minimalis yang sejati adalah tentang memiliki barang-barang yang esensial dan sesuai dengan kebutuhan, tanpa terjebak pada kecantikan estetika semata. Dengan pemahaman ini, gaya hidup minimalis dapat menjadi cara yang bijak untuk menghadapi tantangan hidup modern dengan lebih fokus dan bermakna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *