Jakarta Tertinggi Cacar Monyet (Mpox), Kewaspadaan Tinggi Dibutuhkan

Jakarta — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengumumkan bahwa penyakit cacar monyet, atau dikenal sebagai Mpox, telah menyebar di berbagai wilayah di Indonesia. Sejak pertama kali terdeteksi pada Agustus 2022, kasus-kasus baru terus bermunculan, dengan total 88 kasus konfirmasi hingga pertengahan Agustus 2024. DKI Jakarta menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 59 kasus.

Menurut Dr. Yudhi Pramono, Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, penyakit ini menular melalui kontak langsung dengan cairan tubuh, lesi pada kulit, atau barang-barang pribadi yang telah terkontaminasi virus. “Penularan antar manusia memang membutuhkan kontak yang cukup intens, namun risiko tetap ada, terutama di lingkungan yang padat dan kurang memperhatikan kebersihan,” jelasnya dalam konferensi pers, Minggu (18/8/2024).

Baca Juga : Pencegahan Cacar Monyet (Mpox): Upaya Kunci untuk Mengendalikan Penyebaran

Sejak kemunculannya pada 2022, Mpox telah menyebar ke 115 negara dengan total 99.176 kasus yang dilaporkan secara global. Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi, disusul oleh beberapa negara di Eropa dan Asia. Di wilayah Asia Tenggara, Thailand mencatat peningkatan signifikan pada April 2023, dan kini Indonesia juga mulai merasakan dampaknya.

Dr. Robert Sinto, Sp.PD, K-PTI, FINASIM dari Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia, mengungkapkan bahwa meskipun gejala yang muncul umumnya lebih ringan dibandingkan cacar biasa, kewaspadaan tetap diperlukan. “Cacar monyet ini mirip dengan cacar air, tetapi dengan karakteristik yang sedikit berbeda. Gejala yang muncul termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam yang berkembang menjadi lesi pada kulit. Yang perlu diwaspadai adalah komplikasi yang bisa muncul pada kelompok rentan,” ujarnya.

Pencegahan menjadi kunci untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini. Kemenkes telah mengeluarkan panduan untuk mencegah penularan, antara lain dengan menghindari kontak langsung dengan pengidap, menjaga kebersihan diri, dan menghindari penggunaan barang-barang pribadi bersama-sama. “Vaksinasi juga menjadi salah satu langkah yang kami dorong, terutama untuk kelompok yang memiliki risiko tinggi,” tambah Dr. Yudhi.

Kasus Mpox pertama kali ditemukan di Indonesia pada 20 Agustus 2022. Sejak saat itu, terjadi peningkatan kasus terutama pada tahun 2023, dengan jumlah tertinggi tercatat pada Oktober 2023 sebanyak 12 kasus. “Saat ini, dari total 88 kasus yang terkonfirmasi, 87 pasien telah sembuh dan satu pasien masih dalam proses penyembuhan,” ungkap Dr. Yudhi.

Di tingkat global, Mpox telah menyebabkan kematian pada 208 orang. Penyakit ini, yang awalnya hanya mewabah di Afrika Tengah dan Barat, kini telah menjadi ancaman kesehatan global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menetapkan Mpox sebagai darurat kesehatan global pada pertengahan 2023.

Dr. Robert mengingatkan bahwa meskipun angka kematian relatif rendah, sekitar 1 dari 10 pengidap Mpox bisa mengalami komplikasi serius. “Dengan mobilitas yang tinggi antar negara, penyebaran penyakit ini menjadi lebih cepat. Kita harus bersiap dengan langkah pencegahan yang komprehensif,” tegasnya.

Dengan adanya ancaman Mpox ini, masyarakat diharapkan untuk selalu waspada dan mengikuti anjuran kesehatan yang dikeluarkan oleh Kemenkes. “Jangan panik, tetapi tetap waspada. Jaga kebersihan, hindari kontak langsung dengan penderita, dan jika muncul gejala, segera konsultasi ke dokter,” pungkas Dr. Robert.