atauSurabaya, 19 Mei 2024 – Adi Pradita, pria asal Surabaya yang menggegerkan publik atas aksi teror dan pelecehannya terhadap Nimas Sabella, teman SMP-nya selama 10 tahun, ternyata memiliki latar belakang keluarga yang cukup kompleks.
Adi, yang diketahui sukses menjalankan bisnis online dan membantu perekonomian keluarga, juga memiliki tanggung jawab besar sebagai tulang punggung.
Baca juga: Heboh! Teror Pocong di Desa Sruwi, Kabupaten Pasuruan
Di balik aksinya yang meresahkan, Adi Pradita ternyata merupakan salah satu tulang punggung keluarganya. Ia diketahui membantu perekonomian keluarga dengan penghasilannya dari berjualan sandal online di platform Shopee. Penghasilannya tersebut digunakan untuk membayar hutang dan cicilan motor Ayah dan Kakak pertamanya.
Selain itu, Adi juga menanggung biaya kos orang tuanya dan kebutuhan makan mereka. Hal ini diungkapkan oleh Adi sendiri dalam salah satu akun Twitternya.
Kisah Adi Pradita yang terungkap ini menarik simpati banyak netizen. Mereka melihat sisi lain dari Adi, yaitu sebagai sosok yang bertanggung jawab dan rela berkorban untuk keluarganya. Namun, di sisi lain, netizen tetap tidak membenarkan aksi teror dan pelecehan yang dilakukan Adi terhadap Nimas Sabella.
“Sebenernya kasian, harus nanggung sana sini, tp dia juga salah dan perbuatannya gabisa dibenarkan,” ujar salah satu akun.
“Semoga selain masuk penjara, ini orang dapet pertolongan psikolog yaa. Bener2 disembuhin tuh obesesi nya itu. Semoga selama di penjara dia gak jadi makin parah atau malah jadi korban pelecehan. Semoga dia bener2 belajar dan ga tersesat lagi kayak 10 tahun terakhirnya ini,” komentar yang lainnya.
Penangkapan dan Kronologi Kasus Lengkap
Terlepas dari latar belakang keluarganya, Adi Pradita tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Nimas Runeh Sabella Sutopo atau dikenal dengan nama Nimas Sabella telah melaporkan pelaku dan saat ini ia telah ditangkap oleh pihak kepolisian.
Penyidik Subdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jawa Timur telah menangkap Adi Pradita yang tidak terlihat melakukan perlawanan apapun.
Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Jatim, AKBP Charles Tampubolon, menyatakan bahwa penangkapan dilakukan setelah pihaknya menerima laporan resmi dari Nimas. “Setelah menerima laporan kami mengambil keterangan klarifikasi dari korban. Dan kami profiling terduga dan kami melakukan penjemputan,” ujar Charles di Mapolda Jatim, Sabtu (18/5).
Adi Pradita ditangkap di rumahnya di kawasan Kebraon, Surabaya pada Jumat (17/05) malam. Nimas sempat berbicara kepada awak media di Polda Jatim pada itu juga.
“Saya juga mau menikah. Dan saya didorong support sama pacar saya. Dan di sisi lain, banyak yang memang netizen Indonesia, yang support saya,” kata Nimas. Dukungan dari banyak pihak inilah yang mendorong Nimas untuk akhirnya melapor ke polisi.
Nimas mengungkapkan bahwa teror dari Adi bermula dari masa SMP, ketika ia memberikan uang Rp 5.000 kepada Adi karena merasa iba. “Pelaku ini adalah teman sekolah saya waktu masih SMP. Dia terobsesi kepada saya sejak masih sekolah,” ucap Nimas.
Sejak saat itu, Adi diduga membuat ratusan akun media sosial di Instagram dan Twitter atau X, mengirimkan pesan bernada godaan dan pelecehan hampir setiap hari, bahkan mengirimkan foto area tubuh pribadinya.
“Kadang sehari tiga kali twit (postingan). Kadang sebulan atau berapa dalam seminggu selalu ada,” tambahnya.
Teror tidak hanya terjadi di dunia maya. Adi juga meneror Nimas secara langsung dengan berdiri di depan kediaman Nimas sejak dini hari hingga pagi.
“Paling terburuk tahun 2018. Dia pernah melempar jam tangan mati, dan surat cinta. Saya bakar jam 06.00 WIB pagi. Dia pernah jam 01.00 WIB pagi dia di depan rumah, berdiri sampai jam 04.00 WIB subuh,” kata Nimas, menggambarkan pengalaman traumatisnya.
Untuk mendapatkan informasi seputar Jawa Timur, Anda dapat mengunjungi wartajatim.co.id