Wartajatim.co.id, 22 Juni 2023 – Suhu panas ekstrem yang memicu kematian sedang dihadapi oleh warga India.
Pasien India yang menjadi korban sebagian besar berusia di atas 60 tahun dan memiliki penyakit bawaan.
Akibatnya, tercatat ada 170 kasus kematian. Jumlah pasien yang mendadak melonjak membuat rumah sakit mulai kewalahan dalam menampung mereka.
Uttar Pradesh dan Bihar menjadi dua negara dengan laporan kasus terbanyak.
Pada Rabu (21/6/2023), sejumlah pejabat dari wilayah-wilayah yang saat ini terkena dampak gelombang panas, menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan.
Pemerintah pusat aktif dalam menyoroti kurangnya informasi yang akurat dari lapangan, dan mereka mendorong Amerika Serikat untuk berbagi data tingkat lapangan terkait gelombang panas, termasuk informasi mengenai kematian dan rawat inap.
Mengutip The Hindu, Menteri Negara Urusan Dalam Negeri, Nityanand Rai mengungkapkan, “Ini akan membantu dalam membuat penilaian situasi yang realistis,” Kamis (22/6/2023).
Lebih lanjut, ditegaskan bahwa penting bagi India untuk mengambil tindakan sesegera mungkin setelah peringatan diberikan oleh Departemen Meteorologi India (IMD) kepada sejumlah negara bagian.
“Kesadaran yang tepat waktu, maju dan luas di antara orang-orang tentang tindakan pencegahan akan sangat membantu dalam mengurangi dampak parah dari gelombang panas tersebut,” ucap Nityanand Rai.
Sebelumnya, IMD melaporkan bahwa wilayah utara India terkenal dengan panas terik yang berlangsung selama berbulan-bulan. Suhu tertinggi mencapai 43.5 derajat celcius dalam beberapa hari terakhir.
Dampak dari jumlah korban yang melonjak, terlihat suasana di rumah sakit distrik Ballia mengingatkan akan kekacauan saat COVID-19 melonjak di India.
Lorong-lorong rumah sakit dihamburi oleh keluarga dan dokter, banyak pasien yang membutuhkan perhatian medis, koridor yang berbau pesing, serta sampah dan limbah medis yang berserakan.
Bahkan, dinding rumah sakit pun terkena noda dari ludah daun sirih.
Terlebih lagi, seiring dengan menerpanya gelombang panas, AC di bangsal rumah sakit dilaporkan tidak berfungsi dengan baik akibat fluktuasi daya listrik.
Dalam ruangan yang sangat panas, pasien terpaksa mendapatkan kipas dengan menggunakan buku dan keringat mereka.
Mengutip dari AP News, salah satu petugas medis darurat yakni dr Aditya Singh mengungkapkan “Semua staf kami telah berada di sini selama tiga hari berturut-turut dan terlalu banyak bekerja,” Selasa (20/6).