Ruang Laktasi Sebagai Pilar Utama dalam Upaya Mencegah Stunting di Indonesia

Ruang Laktasi Sebagai Pilar Utama dalam Upaya Mencegah Stunting di Indonesia
Ruang Laktasi Sebagai Pilar Utama dalam Upaya Mencegah Stunting di Indonesia

WartaJatim.co.id, 11 Oktober 2023 – Saat ini, isu stunting telah menjadi perhatian serius dalam dunia kesehatan Indonesia. Namun, sebagian dari kita mungkin bertanya-tanya apa sebenarnya stunting, kapan munculnya, dan apa penyebabnya?

Stunting merupakan masalah kesehatan yang telah lama menjadi perbincangan di Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak balita (bayi di bawah usia 5 tahun) yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Akibatnya, anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Stunting biasanya mulai terlihat ketika anak mencapai usia 2 tahun.

Menurut target prevalensi stunting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, angka tersebut seharusnya mencapai 14 persen. Namun, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riekesdas) tahun 2018, prevalensi stunting sebesar 30,8 persen. Angka ini kemudian turun menjadi 24,2 persen pada tahun 2021.

Tentu saja, masih ada pekerjaan rumah yang harus diatasi oleh pemerintah agar target RPJMN dapat tercapai. Upaya pemenuhan target ini telah menjadi fokus dalam rapat terbatas yang membahas strategi percepatan penurunan angka stunting, melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

Salah satu langkah kunci dalam mencegah stunting adalah promosi menyusui (breastfeeding). Tema tentang menyusui menjadi sangat relevan, terutama dengan Pekan Asi (ASI Week) yang diinisiasi oleh World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) pada 14 Februari 1991. Tujuan pekan ASI adalah untuk mendukung gerakan global dalam mendukung para ibu agar bisa menyusui di mana saja.

Pemberian ASI pada 1.000 hari pertama kelahiran memiliki peran penting dalam mengurangi risiko stunting, karena kita tahu bahwa kekurangan gizi adalah salah satu penyebab utama stunting. ASI, sebagai makanan utama bagi bayi yang baru lahir, memberikan gizi optimal yang dapat mencegah stunting. Bahkan, para dokter merekomendasikan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.

Pemberian ASI yang benar memiliki korelasi yang sangat kuat dengan pencegahan stunting. Bayi yang mendapatkan ASI dengan benar memiliki potensi 4,8 kali lebih rendah untuk mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan baik.

Namun, pencegahan stunting melalui pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu semata. Seluruh lapisan masyarakat, termasuk tenaga kesehatan sebagai penyedia konseling, serta pemerintah yang mendukung penyediaan ruang laktasi, memiliki peran dalam memberikan ASI secara eksklusif.

Ruang laktasi adalah fasilitas yang sangat penting, terutama bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Ruang laktasi bukanlah sekadar ruangan biasa. Ruang ini memberikan privasi dan kenyamanan bagi ibu yang sedang menyusui atau memerah ASI. Sayangnya, masih banyak fasilitas umum dan perkantoran yang belum memiliki ruang laktasi atau bahkan terlalu jauh dari kata “layak.”

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 telah mengatur tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan standarnya. Oleh karena itu, penting bagi fasilitas umum dan perkantoran untuk memenuhi standar ini dan menyediakan ruang laktasi.

Standar ruang laktasi mencakup beberapa aspek, termasuk ukuran minimal ruangan, keberadaan pintu yang bisa dikunci, lantai yang mudah dibersihkan, ventilasi yang cukup, bebas potensi bahaya, dan jauh dari kebisingan. Selain itu, ruang laktasi juga harus memiliki penerangan yang memadai dan fasilitas cuci tangan.

Saatnya para ibu yang sedang menyusui memiliki ruang laktasi yang layak dan mendukung. Dalam upaya mencegah stunting, semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung ibu-ibu yang sedang menyusui. Lebih dari itu, perempuan harus memiliki hak otonomi, terutama selama masa kehamilan dan menyusui.

Ditulis oleh Dian Puspito Rini – Mahasiswi Magister Hukum Kesehatan Universitas Hang Tuah Surabaya