Malang, 9 November 2023 – Komunitas pecinta kucing beberapa waktu lalu dihebohkan oleh video viral seorang pemuda asal China, Xu Zhihui, yang dengan kejam memasukkan seekor kucing hidup ke dalam blender.
Insiden yang sangat mengkhawatirkan ini memberikan indikasi bahwa kucing merupakan hewan yang rentan menjadi korban kekerasan, seperti yang terungkap dalam studi berjudul “Gambaran tindak kekerasan pada hewan dalam masa pandemi Covid-19 di Kota Malang,” yang ditulis oleh Dr. Albiruni Haryo, seorang dokter hewan berpengalaman dan dosen di Satwa Sehat Indonesia.
Dalam studi yang melibatkan 48 kasus kekerasan terhadap hewan tersebut, lebih dari separuhnya menimpa kucing. Studi ini mengungkapkan bahwa kucing seringkali menjadi korban kekerasan.
Dr. Haryo, yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, menjelaskan faktor-faktor yang membuat kucing menjadi rentan terhadap tindakan kekerasan. Ukuran tubuh mereka yang relatif kecil membuat mereka rentan terhadap cedera fisik jika disiksa.
Selain itu, kucing sangat bergantung pada manusia untuk kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, tempat tinggal, dan perhatian, sehingga mereka menjadi tidak berdaya. Beberapa individu juga mungkin kurang memahami perilaku alami hewan tersebut sehingga merasa frustrasi dengan perilaku mereka, yang dapat memicu tindakan kekerasan
Selain faktor-faktor tersebut, Dr. Haryo juga mengatakan bahwa kondisi psikologi dan lingkungan juga memiliki andil besar dalam kekerasan terhadap hewan peliharaan. Terlebih jika pemilik hewan mengalami perubahan lingkungan secara drastis, seperti yang terjadi di era pandemi.
Dr. Haryo berharap dengan penerapan model bioekologi veteriner, dapat membantu mengungkapkan tindak kekerasan terhadap hewan. Bioekologi veteriner adalah cabang ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme-organisme hewan dengan lingkungan mereka, dengan fokus pada aspek ekologi yang berdampak pada kesehatan dan kenyamanan hewan.
“Kekerasan terhadap hewan peliharaan, termasuk kucing, tidak dapat dibenarkan. Dibutuhkan pemahaman yang mendalam oleh para pemilik terkait dampak traumatis yang mungkin akan timbul akibat dari perilaku kekerasan yang selama ini mereka lakukan,” ujar Dr. Haryo.
“Sejatinya, kucing sama dengan hewan peliharaan lain yang perlu diperlakukan dengan semestinya. Memiliki kucing serta hewan peliharaan lain akan mengurangi resiko stres, bukan malah menjadikan mereka sebagai bahan pelampiasan atas stres atau depresi yang kita alami,” pungkasnya.
Jika Anda melihat atau mengetahui adanya tindak kekerasan terhadap hewan, segera laporkan ke pihak yang berwenang. Anda juga dapat menghubungi lembaga perlindungan hewan terdekat untuk mendapatkan bantuan.