Desa Sumberkerang, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, berhasil meraih penghargaan juara 1 dalam Lomba Desa Inklusif Tingkat Nasional 2024 pada ajang UNESA Village Award.
Penghargaan tersebut diberikan oleh Pusat Studi Pengembangan Desa dan Daerah, LPPM Universitas Negeri Surabaya (UNESA), bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Jumat (29/11/2024).
Penghargaan Bergengsi untuk Desa Probolinggo
Prestasi ini diterima langsung oleh Kepala Desa Sumberkerang, Beny Rechardo, di Gedung Rektorat UNESA, Surabaya.
Selain trofi dan sertifikat, Desa Sumberkerang mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp 10 juta serta Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan UNESA.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah pejabat, termasuk Plt Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo, Hary Tjahjono, Camat Gending Winda Permata Erianti, serta kader penggerak desa inklusif.
“Kami bangga atas pencapaian Desa Sumberkerang yang berhasil menjadi juara dari 250 desa peserta. Hal ini menunjukkan bahwa desa inklusif dapat menjadi model pembangunan yang melibatkan semua lapisan masyarakat,” ujar Hary Tjahjono.
Apa Itu Desa Inklusif?
Desa inklusif adalah desa yang mengedepankan kesetaraan dan keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, termasuk disabilitas, perempuan, anak, dan kelompok minoritas. Desa Sumberkerang dinilai unggul dalam penerapan prinsip inklusivitas tersebut.
Camat Gending, Winda Permata Erianti, menyatakan bahwa Desa Sumberkerang menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Kabupaten Probolinggo.
“Kami akan mendorong lebih banyak desa untuk mengikuti jejak Desa Sumberkerang, sehingga pembangunan lebih merata dan berkelanjutan,” katanya.
Kisah Inspiratif di Balik Prestasi
Kepala Desa Sumberkerang, Beny Rechardo, mengungkapkan bahwa inspirasinya berasal dari pengalaman pribadi.
“Saya memiliki adik yang difabel. Melihat perjuangannya, saya terdorong untuk menciptakan lingkungan yang inklusif di desa kami. Semua warga, tanpa terkecuali, harus memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang,” ungkap Beny.
Upaya ini melibatkan berbagai strategi, termasuk studi tiru ke Sumbawa, kerja sama dengan dinas terkait, dan dukungan dari kader desa inklusi.
“Kami belajar dari desa lain dan menerapkan apa yang sesuai untuk kebutuhan Desa Sumberkerang,” tambahnya.
Harapan untuk Masa Depan
Beny berharap penghargaan ini dapat memotivasi desa lain untuk berinovasi. “Kami ingin Desa Sumberkerang terus menjadi teladan, dan semoga Pemkab Probolinggo berkomitmen mendukung desa inklusif lainnya,” ujarnya.
Camat Winda menambahkan bahwa Desa Sumberkerang akan terus berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk memanfaatkan dana CSR, untuk mempertahankan status sebagai desa inklusif yang ramah bagi semua kalangan.
Dengan penghargaan ini, Desa Sumberkerang membuktikan bahwa pembangunan inklusif dapat diwujudkan dengan semangat kolaborasi dan kepedulian terhadap semua lapisan masyarakat.